![]() |
PM Israel Benjamin Netanyahu (Foto: Reuters.Nuansa Indonesia) |
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Katz secara tegas membantah laporan bahwa tentara Israel diperintahkan untuk menembaki warga Palestina yang mendekati jalur distribusi bantuan di Gaza. Tuduhan ini pertama kali muncul di media lokal Haaretz, yang dikenal memiliki pandangan politik cenderung kiri.
Haaretz menyebut bahwa pasukan Israel menembaki warga sipil yang ingin mengambil bantuan makanan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Namun, Netanyahu melabeli laporan tersebut sebagai "kebohongan jahat yang dirancang untuk mencemarkan nama baik militer," seperti yang dikutip oleh media internasional The Associated Press dan Al Arabiya.
Lebih dari 500 warga Palestina telah tewas dan ratusan lainnya luka-luka saat mengantre di titik distribusi bantuan selama sekitar sebulan terakhir, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza. Saksi mata menyatakan bahwa tentara Israel menembaki kerumunan yang berusaha meraih pasokan makanan tersebut.
Menanggapi laporan itu, militer Israel mengatakan bahwa pihak mereka sedang menyelidiki berbagai klaim mengenai keterlibatan pasukannya dalam insiden di dekat lokasi distribusi. Namun, mereka tegas menyatakan bahwa “tidak ada bukti bahwa tentara menerima perintah untuk menembaki warga sipil secara sengaja.”
Menurut pernyataan militer, luka yang diderita warga sipil kemungkinan terjadi akibat jebakan ledakan, tindakan perusuhan, atau insiden tidak terkendali di lokasi padat. Militer Israel menegaskan komitmennya untuk mematuhi hukum humaniter internasional meskipun situasi di lapangan sangat kompleks dan penuh tekanan.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang beroperasi empat pusat distribusi bantuan—terutama di wilayah selatan Gaza—dilaporkan bekerja sama dengan kontraktor swasta asal Amerika Serikat. Diduga, jejaring distribusi ini menjadi sasaran kerumunan besar akibat krisis kemanusiaan, inflasi, dan kelangkaan suplai pangan di Gaza.
Situasi semakin memanas karena serangan udara Israel yang berkepanjangan juga terus berlangsung. Sebuah catatan terbaru menunjukkan sekitar 62 warga Palestina tewas dalam satu hari serangan—menunjukkan eskalasi kekerasan di tengah krisis kemanusiaan.
Kasus ini mengundang reaksi dari berbagai organisasi internasional. Liga Arab, PBB, dan lembaga HAM mendesak penyelidikan independen dan penegakan hukum jika ditemukan pelanggaran terhadap warga sipil. Begitu pula, kelompok-kelompok lokal Gaza menuntut pertanggungjawaban atas insiden serupa sejak awal operasi militer.
Oleh: Media Nusantara
Tanggal: 28 Juni 2025
0 Komentar